proposal enty
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju dari masa
ke masa atau dari waktu ke waktu, persaingan dalam dunia kerja akan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya
globalisasi dan modernisasi, oleh karena itu dalam suatu organisasi atau
institusi pemerintah dengan pelatihan yang baik untuk meningkatkan pekerjaan
dalam suatu institusi untuk itu pelatihan tidak baik maka pekerjaan terhambat
dalam intitusi atau organisasi tersebut.
Tingkat pendidikan dan pelatihan yang baik
harus dimiliki oleh setiap organisasi atau institusi pemerintah untuk
meningkatkan kinerja kerja pegawai harus didukung dengan sumber daya manusia
yang berpendidikan dan keahlian untuk mencanpai efisiensi organisasi atau
tujuan instituai pemerintah, oleh karena itu sumber daya manusia sangat penting
dalam menjalangkan usaha atau kegiatan di dalam institusi pemerintah.
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu factor yang menunjang
keberhasilan suatu institusi atau organisasi, bila mana pendidikan dan
pelatihan dalam suatu organisasi atau perusahaan kuran maksimal maka Kinerja
kerja pegawai di dalam organisasi akan menurung. Oleh karena itu perusahaan
ingin terus berkembang maka para peminpin organisasi atau institusi pemerintah
harus memberikan motivasi atau dorongan kepada kerja karyawan melalui
meningkatkan pendidikan, memberikan pelatihan,dan mengarahkan pekerjaan yang
baik demi memperlangcarkan kinerja kerja Pegawai.
Meningkatkan kinerja kerja dalam suatu organisasi atau institusi
pemerintah harus didukung dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan
berpendidikan untuk mencapai efisiensi organisasi. pada umunya seorang manusia menpunyai pendidikan yang
lebih tinggi akan menpunyai kinerja
kerja yang lebih baik, dan menpunyai pengalaman yang lebih tinggi akan
menpunnyai kinerja kerja yang lebih
baik.Kesemuanya ini bertujuan agar kemampuan dan keahlian yang dimiliki
seseorang Pegawai yang dapat dengan tuntutan tugas atau jabatan, sehingga
sumber daya manusia yang ada menjadi
produktif dan berprestasi tinggi yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi secara keseluruhan. Hal tersebut
bukannya tanpa alasan, sebab setiap individu memiliki pengalaman, bakat, dan
minat yang berbeda.
Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan
dari karyawan agar sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan.
Pelatihan bertujuan untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai
hasil kerja yang telah ditetapkan. Program pelatihan adalah suatu proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan
organisasi dan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relative singkat dengan metode yang lebih mengutamakan
pada praktek daripada teori. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan
berbagai tujuan organisasi, program pelatihan dapat dipandang secara sempit
maupun luas. Secara terbatas, program pelatihan menyediakan para pegawai dengan
pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan
dalam pekerjaan mereka saat ini.
Kinerja kerja merupakan suatu istilah yang sering
digunakan dalam perencanaan pengembangan kerja pegawai pada khususnya
diperusahaan yang bersangkutan. Pencapaian tujuan dan keinginan tersebut haruslah
diikuti dengan peningkatan pekerjaan. Sumber daya manusia yang secara
efektif harus berkualitas supaya dapatn mencapai kinerja kerja, maka diperlukan adanya peningkatan kualitas pegawai melalui fungsi pengembangan
pretasi kerja pegawai tersebut.
Kinerja kerja itu sendiri adalah hubungan antara keluaran
atau hasil organisasi yang diperlukan. Kinerja dapat dikuantifikasikan dengan
membagi keluaran dan masukan. Kinerja kerja sebenarnya mencakup tentang suatu
sikap mental yang selalu mempunyai pandangan kehidupan mengenai pelaksanaan
produksi didalam suatu perusahaan dimana dalam memproduksi untuk hari ini
diharapkan lebih baik dari hari kemarin begitu juga sistem kerjanya. Seseorang selalu mencari perbaikan-perbaikan
dengan berfikir dinamis, kreatif serta terbuka.
Berdasarkan
uraian di atas maka penulis
mengidentifikasi obyek penelitian di
Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste.
Tingkat Pendidikan yang terjadi di kantor (MCIA) yaitu tingkat pendidikan yang kurang
maksimal, dan juga karyawan kurang mendapat pelatihaan untuk meningkatan pretasi
kerja, maka organisasi atau institusi pemerintak MCIA harus mengantisipasi
hal-hal tersebut untuk mengembangkan kinerja
kerja pegawai dimasa yang
mendatang.
Uraian
latar belakang
masalah tersebut diatas maka penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Tingkat
Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Kerja Pegawai pada
Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latarb elakang diatas, maka para
peneliti akan mengientifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Tingkat
Pendidikan masih didominasi taraf pendidikan rendah di Kementerian Perdagangan,
Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
2.
Kurannya Pelatihan pegawai di Kementerian Perdagangan,
Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
3.
Kinerja
kerja pegawai belum sesuai dengan harapan Kementerian.
1.3.
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka para
penulis akan memunculkan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah
Tingkat pendidikan berpengaruh Terhadap kinerja kerja pegawai pada Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste.
2.
Apakah Pelatihan Pegawai berpengaruh terhadap
kinerja kerja pegawai pada Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste.
3.
Apakah
Tingkat Pendidikan dan pelatihan
bersama-sama pengaruh terhadap kinerja kerja pegawai pada Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste.
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus sejalan atau konsisten terhadap
judul dan permasalahan penelitian. Dalam rumusan penelitian harus tercantum
jawaban dan permasalahan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian
adalah:s
1.
Untuk
mengetahui dan Analisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap Kinerja kerja
Pegwai pada Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
2.
Untuk
mengetahui dan Analisis pengaruh Pelatihan pegawai terhadap kinerja
kerja pegawai pada Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
3.
Untuk
mengetahui dan Analisis pengaruh
variabel tingkat Pendidikan dan Pelatihan pegawai Pelatihan
pegawai akan bersama sama berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai pada
Kementerian Perdagangan,
Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
1.5.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi
perusahaan
Hasil
penelitian ini dapat sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste untuk bisa melakukan tingkat pendidikan dan Penempatan kerja yang lebih
efektif pada kegiatan kantor Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
2.
Bagi
Akademik
Sebagai
masukan dan referensi bagi universitas dan mahasiswa
dalam segala penelitian, dan membina mahasiswa/I
dalam melakukan penelitian secara terus menerus.
3.
Bagi
Peneliti
Untuk menambah
kemampuan berpikir perluaskan penulis dalam melakukan penelitian, dan
memperluas cakrawala berpikir secara teliti dan realistis serta mempermudah
mahasiswa dalam menyusun secara teoritis.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Dan Nalar Konsep
2.1.1
Definisi Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan
dalam bukunya sumber daya manusia adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya meningkatkan penguasaan teori
dan kerampilan memutuskan ter hadap persoalan persoalan yang mengangkut
kegiatan mencapai tujuan organisasi.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994 : 204)Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah
suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam
usahanya mendewasakan manusia melalui suatu upaya pengajaran dan pelatihan
Hariandja (2002 : 169)
menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya
saing organisasi dan memperbaiki kinerja kerja orgnisasi. Tingkat pendidikan formal yang semakin
tinggi, berakibat pada peningkatan harapan dalam hal karier dan perolehan
pekerjaan dan penghasilan.Akan tetapi di sisi lain, lapangan kerja yangtersedia
tidak selalu sesuai dengan tingkat dan jenis pengetahuan serta keterampilan
yang dimiliki oleh para pencari kerja tesebut (Ellitan, 2003).
Arfida ( 2003 ), terdapat dua
konsekuensi yang dihadapi oleh organisasi pengguna tenaga kerja, yaitu:
Ø
Menyelenggarakan
pelatihan secara intensif dan terprogram agar para pegawai memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan
Ø
Menawarkan
pekerjaan yang sebenarnya memerlukan pengetahuan dan keterampilan yanglebih
rendah dari yang dimiliki oleh para pekerja berkat pendidikan formal yang
pernahditempuhnya apabila diterima oleh pekerja yang bersangkutan berarti
tingkt imbalan yang diperoleh lebih
rendah dari yang semula diharapkan.
Coombs ( 1986 : 58 ) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
adalah taraf kemampuan yang ditentukan dari hasil belejar dari saat masuk
sekolah hingga kelas terakhir yang dicapai seseorang dengan mengabaikan waktu
untuk jenjang di dalam pendidikannya. Dengan demikian Hariandja
(2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang
karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja
perusahaan.
Sedarmayanti (2009:32) mengatakan bahwa melalaui
pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, dan
mengembangkan metode berpikir secara sistematik untuk memecahkan masalah yang
akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari. Menurut Siagian (2006 : 273)
pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan Metode belajar mengajar dalam
rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas
disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang/kelompok orang dalam usahanya mendewasakan manusia melalui suatu
upaya usaha yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan
dimasa yang akan datang
Tingkat Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003). tingkat pendidikan terdiri dari
jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:
1.
dasar:
Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah
anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
2.
Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan
lanjutan pendidikan dasar.
3.
Pendidikan
tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi
Notoadmodjo (2003 : 96 ) mendefinisikan bahwa tingkat
pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang di inginkan
oleh organisasi yang bersangkutan.
Handoko. (2003 : 126). Pendidikan diartikan sebagai
pendidikan formal yang dicapai atau
diperoleh dibangku sekolah. Pendidikan formal yang ditempuh merupakan modal
yang amat penting karena dengan pendi -dikan seseorang mempunyai kemampuan dan
dapat dengan mudah mengembangkan diri dalam bidang kerjanya
Idris (1992 : 102)
Mendefinisikan pendidikan adalah Serangkai kegiatan komunikasi yang bertujuan
antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan
menggunakan media dalam memberikan bantuan terhadap perkembangan anak
seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin,
agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Dari pengertian di atas maka dapat diperoleh suatu
kesimpulan bahwa pendidikan merupakan proses peningkatan pengetahuan, kemampuan
berfikir pemahaman, sikap dan kepribadian karyawan dalam melaksanakn tugas
tugas pekerjaannya.
2.1.1.1 Tujuan pendidikan
1.
Menanamkan
pengetahuan atau pengertian pendapat dan konsep-konsep.
2.
Mengubah
sikap dan persepsi.
3.
Menanamkan
tingkah laku atau kebiasaan yang baru Soekidjo Notoatmojo. ( 2003 : 68)
2.1.1.2 Manfaat pendidikan
Dalam kehidupan kita dewasa ini pendidikan
kewarganegaraan sangat diperlukan demi tercapainya kedamaian dalam kehidupan
kita. Ada begitu banyak hal hal menjadi penghambat pendidikan kewarganegaraan adalah globalisasi.Manfaat
Pendidikan Ada beberapa manfaat pendidikan yang kita peroleh :
1.
Mendapatkan ilmu yang akan kita butuhkan untuk masa
depan
2.
Dengan belajar diluar sekolah bisa menambah wawasan
yang lebih luas sehingga pengetahuan kita bertambah
3.
Dengan
mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih luas kita dapat meraih cita-cita yang
kita impikan
2.1.1.3 Indikator tingkat
Pendidikan
tingkat pendidikan adalah suatu proses pengembangan
kemampuan kearah yang di inginkan oleh organisasi
yang bersangkutan. (Notoadmodjo (2003 : 96) sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
2.
Kemampuan
berpikir
3.
Pemhaman
4.
Pola
sikap
5.
Kepribadian
2.1.1.4
Faktor-Faktor yang menpengaruhi tingkat pendidikan
1. Usia
Usia adalah yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
ia akan berulang tahun. Berbagai macam pendidikan atau sekolah dibatasi oleh
umur. Sehingga umur mempengaruhi seseorang dalam mengakses pendidikan
2.
Pekerjaan
Pekerjaan
adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau
diselesaikan oleh seseorang sesui dengan jabatan dtau profesi masing-masing.
Status pekerjaan yang rendah mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang.
3.
Status Ekonomi
Status ekonomi
berpengaruh terhadap status pendidikannya. Individu yang berasal dari keluarga
yang status ekonominya menengah dan tinggi dimungkinkan lebih memiliki
pendidikan yang tinggi pula.
4.
Sosial
Budaya
Lingkungan
sosial budaya mengandung dua unsur yaitu yang berarti interaksi antara manusia
dan unsur budaya yaitu bentuk kelakuan yang sama terdapat dikeluarga. Manusia
mempelajari kelakuanya dari orang lain di lingkungan sosialnya. Budaya ini
diterima dalam keluarga meliputi bahasa dan nilai-nilai kelakuan adaptasi
kebiasaan dan sebagainya yang nantinya berpengaruh pada pendidikan seseorang.
5.
Lingkungan
Lingkungan
adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkebangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah
input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptasi yang melibatkan baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan
berpendidikan tinggi akan cenderung untuk mengikuti lingkunganya
2.1.2
Definisi Pelatihan
Program
pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu
untuk membantu mencapai tujuan organisasi dan merupakan bagian dari pendidikan
yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan
diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dengan
metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada teori. Oleh karena itu,
proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, program pelatihan dapat
dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, program pelatihan
menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui
serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.
Mathis
(2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini
terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara
sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan
pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan
dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara
pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas
dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan
Simanjuntak
(2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human
investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan
dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan
dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam
waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.
Pelatihan
bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan keahlian tertentu serta sikap
agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksnakan tanggung jawabnya dengan
semakin baik, sesuai dengan standar (Mangkuprawira ; 2004 : 135).
Pelatihan
didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai
dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya
segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut,
Ivancevich
(2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini:
Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah
perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja
organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang
diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke
masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan
(kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses
mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu
usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan,
baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena
adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja,
strategi, dan lain sebagainya.
Veithzal
Rivai (2004 : 226) menegaskan bahwa “pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan
berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan
saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk
mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan”.
Pendapat Rivai inilah yang dijadikan inspirasi dalam penelitian ini.
Hadari Nawawi (1997) menyatakan
bahwa pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan bagi para
pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki
kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus kegiatannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang
paling efektif pada masa sekarang.
Netisimito, 1996
: 35 Pelatihan atau training sebagai
suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap,
tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari karyawan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Pelatihan yang dimaksudkan adalah pelatihan dalam pengertian
yang luas tidak terbatas hanya untuk mengembangkan keterampilan
semata.Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh
efektifitas dalam pekerjaan merekayang sekarang atau yang akan datang melalui
pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan
sikap yang layak.Pelatihan berhubungan dengan efektifitas pekerjaan individu
tenaga kerja dan hubungan antara tenaga kerja yang dikembangkan merupakan
program untuk memudahkan pencapaian tujuan
Mangkunegara
(2003 : 51) menyatakan bahwa materi pelatihan dan pendidikan harus disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Materi harus diberikan secara sistematis dan
berdasarkan tahapan-tahapan. Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa
pentingnya penentuan materi pendidikan dan pelatihan yang memperhatikan
kesesuaian pekerjaan, pendidikan, ketentuan dan alokasi waktu pendidikan dan
pelatihan sehingga tujuan pendidikan dan pelatihan dapat dicapai
2.1.2.1. Indikator
–indikator pelatihaan
Pelatihan
adalah bagian dari
suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meninkatkan
kemampuan atau keteranpilan seseorang atau kelompok orang
(Notoadmodjo 1992)
1.
Materi
2.
Fasilitas
3.
Metode
4.
Motivasi
5.
Kualitas
2.1.2.2. Manfaat Pelatihan
Suprihanto (1996 : 37) pelatihan berperan besar dalam
menentukan efektifitas dan efisiensi. Beberapa manfaat yang dihubungkan dengan
program pelatihan adalah:
a.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas.
b.
Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar-standar
kinerja yang dapat diterima.
c.
Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
d.
Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja.
e.
Membantu karyawan dalam meningkatkan dan mengembangkan dirinya.
2.1.2.3. Tujuan Pelatihan
Menurut Anwar Prabu
Mangkunegara (2005 : 49) , tujuan
dari pelatihan adalah
1.
Meningkatkan
penghayatan jiwa dan idiologi.
2.
Meningkatkan
produktivitas kerja.
3.
Meningkatkan
kualitas kerja.
4.
Meningkatkan
ketetapan perencanaan Sumber Daya Manusia.
5.
Meningkatkan
sikap moral dan semangat kerja.
6.
Meningkatkan
rangsangan agar karyawan mampu berkinerja secara
maksimal.
7.
Meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
8.
Meningkatkan
keusangan.
9.
Meningkatkan
perkembangan skill karyawan.
2.1.2.4.
Tahapan-Tahapan dalam pelatihan Menjelaskan bahwa Mangkunegara (2005) meliputi :
a.
Mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan
b.
Menetapkan
tujuan dan sasaran pelatihan
c.
Menetapkan
kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya
d.
Menetapkan
metode pelatihan
e.
Mengadakan percobaan (try out) dan revisi
f.
Mengimplementasikan
dan mengevaluasi.
2.1.2.5. Metode
Pelaksanaan Pelatihan
Pemilihan penggunaan metode atau tknik-teknik pendidikan
dan pelatihan yang digunakan perusahaan bergantung pada beberapa pertimbangan.
Ada beberapa metode pelatihan yang dikemukakan oleh sikula yang dikutip oleh. Hasibuan
(2006 : 77) ada dua metode yang digunakan dalam pelatihan yaitu:
1.
Metode on the
job
Pada metode ini
peserta dihadapkan pada lingkungan kerja yang sesungguhnya,lalu mereka diberi
instruksi tentang cara-cara bekerja. On the job training meliputi rotasi
pekerjaan ( rotation), program magang (apprenticeship),
dan coaching
a. Rotasi
pekerjaan (rotation).
Karyawan
berpindah dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lain dalam jangka waktu
yang direncanakan.
b. Program magang (apprenticeship).
Program magang
menggabungkan pelatihan dan pengalaman pada pekerjaan dengan instruksi yang
didapatkan pada ruang kelas. Program ini memerlukan waktu yang cukup lama dan
pengawasan yang terus menerus.
c. Coaching
Coaching adalah
teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek langsung dengan orang yang
sudah pengalaman atau atasan yang telah terlatih.
d. Training
intruksi pekerjaan
Pendaftaran
masing-masing tugas dasar jabatan, bersama dengan titik-titik kunci untuk
memberikan pelatihan langkah demi langkah kepada karyawan.
2.
Metode on the
job
Pada metode ini
peserta diberikan pelatihan diluar ruang kerja atau tempat kerja. Program ini
memberikan individu dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan pada waktu terpisah dari waktu kerja regular mereka.
1. Pembelajaran
terprogram
Suatu program
sistematik untuk mengajarkan keterampilan mencakup penyajian pertanyaan atau
fakta, memungkinkan orang itu untuk memberikan tanggapan dan memberi peserta
belajar umpan balik segera tentang kecermatan belajarnya.
2. Vestibule
training
Merupakan
pelatihan yang dilakukan dalam suatu ruangan khusus terpisah, dari tempat kerja
biasa dan disediakan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan pada
pekerjaan sebenarnya.
3.Role
playing
Dalam program
ini peserta di minta untuk memerankan individu yang harus melaksanakan tugas
atau pekerjaan tertentu. Metode ini dimaksudkan agar peserta mampu memperbaiki perilakunya untuk mengembangkanhubungan
antar manusia dan organisasi.
4.Management
games
Peserta di
minta berperan sebagai manager suatu organisasi simulasi. Berdasarkan data yang
disediakan, peserta di minta untuk mengambil keputusan.
2.1.2.6.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelatihan
Faktor-faktor
yang menunjang kearah keberhasilan pelatihan menurut Veithzal Rivai (2004 : 240) antara lain :
1.
Materi yang dibutuhkan, Materi disusun
dari estimasi kebutuhan tujuan latihan, kebutuhan untuk pengajaran keahlian
khusus.
2.
Metode pelatihan, yang digunakan
melalui metode-metode pelatihan yang secara sistematik.
3.
Prinsip pembelajaran, Materi yang
digunakan berupa pelatihan yang diberikan.
4.
Ketetapan dan kesesuaian fasilitas, fasilitas
sangat menunjang bagi terlaksananya program pelatihan.
5.
Kemampuan peserta pelatihan.
2.1.3. Kinerja
Kerja Pegawai
Secara umum, definisi kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dankuantitas yang dapat dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pegawai sesuai dengan tanggungjawab yang dibebankan atau diberikan
kepadanya. Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja
pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai
adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.
Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu
organisasi. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance (Prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang). Dalam Kamus Bahasa Indonesia dikemukakan arti kinerja sebagai “
1)
sesuatu
yang dicapai;
2)
prestasi
yang diperlihatkan;
3)
kemampuan
kerja”.
Mangkunegara, 2005 : 67. Pengertian kinerja (Prestasi
kerja) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan Lebih lanjut lagi, Mangkunegara menyatakan
bahwa pada umumnya kinerja dibedakan menjadi
dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi,
kinerja individu adalah hasil kerja
karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar
kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari
kinerja individu dengan kinerja kelompok
(Mangkunegara, 2005).
Griffin (1987 : 67), mengemukakan: “Kinerja
merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja”. tingkat
keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang
diinginkan dapat tercapai dengan baik.” Samsudin (2005 : 159) menyebutkan bahwa: “Kinerja adalah
tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan
menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan organisasi/perusahaan”.
Menurut
Fattah (1999 : 19) kinerja atau
prestasi kerja (performance) diartikan sebagai: ”ungkapan kemampuan yang
didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam
menghasilkan sesuatu”. Sementara menurut Sedarmayanti (2001 : 50) bahwa:
“Kinerja merupakan terjemahan dariperformance yang berarti prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja”.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah penampilan yang
melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik
dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi.
Setiap
individu atau organisasi tentu memiliki tujuan yang akan dicapai dengan
menetapkan target atau sasaran. Keberhasilan individu atau organisasi dalam
mencapai target atau sasaran tersebut merupakan kinerja.
Prawirosentono
(1999 : 2) yang mengartikan kinerja sebagai, “Hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang adan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mendapai tujuan
organisasi bersangkutan secara ilegal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika”.
Dari pendapat Prawirosentono di atas terungkap bahwa kinerja merupakan
hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau organisasi. Berkaitan dengan hal
tersebut, Gomes (2003 : 142)
mengatakan bahwa “Kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan
yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu”. Sementara Rivai
(2005 : 14) mengemukakan bahwa: “Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.”
Casio (1992 : 137) mengemukakan: ”Kinerja merujuk kepada pencapaian
tujuan karyawan atas tugas yang diberikan.Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan
dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dengan baik.”
Rosidah (2000 : 223) memberikan definisi kinerja kerja adalah pengukuran
kontribusi dari individu dan instansi yang di lakukan terhadap organisasi, dan
nilai penting kinerja adalah penyangkut penentuan tingkat kontribusi individu
atau menjadi tanggung jawabnya.
Mangkunegara (2001) telah menyatakan, Pengertian kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
oleh atasan kepadanya. dengan adanya tujuan kinerja kerja yang memungkinkan mengetahui apa yang di perlukan
dari mereka, atas dasar apa kinerja harus di lakukan dan bagaimana
kontribusinya akan di nilai.
Hasibuan (2001 : 160) Kinerja kerja kariyawan adalah suatu hasil yang di
capai sesorang dalam melaksanakan tugas tugasnya atas kecakapan, usaha dan
kesempatan.
Berdasarkan
pada pendapat di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kinerja
merupakan suatu hasil yang di capai oleh karyawan dan melalui suatu proses,
sekaligus berpotensi.
Malayu
S.P. (2001 : 34) Kinerja kerja adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan kecakapan pengalaman dan kesungguhan serta
waktu. Tentang Penilaian kinerja adalah evaluasi dan sistematis terhadap
pekerjaan oleh karyawan atau pegawai dan
tujukan untuk mengembangkan. Tentang penilaian kinerja di tengah kompetisi yang
global perusahaan menuntuk kinerja yang tinggi dari setiap karyawan atau
pegawai dinyatakan oleh:
Henry
Simamora (2004 : 338) Penilian kinerja adalah Proses yang
dipakai oleh perusahaan atau institusi pemerintah untuk mengevaluasiakan
melaksanakan kerja individu karyawan.Untuk lebih menperjelas bagaimana
penilaian kinerja dalam sebuah organisasi untuk dapat menghasilkan individu
yang berkualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh karyawan maka Malayu S.P.Hasibuan (2001 : 87) menyatakan bahwa penilaian kinerja
adalah sebuah system formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi
secara berkala kinerja seseorang.
Hadari
Nawawi (2006 : 63) adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target
kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu
yang disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui batas waktu
yang disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan.
Berdasarkan
pengertian penilaian kinerja di atas maka dapat ditarik kesimulan yang
menerangkan bahwa penilain kinerja dilam sebuah organisasi modern,penilaian
kinerja merupakan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan dan standar kinerja memotivasi kinerja individu waktu yang
akan datang.
2.1.3.1.Indikator
Kinerja kerja pegawai
Indikator kinerja karyawan terdiri dari beberapa
macam. Mangkunegara (2001) mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Indikator yang dipergunakan di dalam melakukan penilaian kinerja karyawan
sebagai berikut:
1.
Kuantitas, Jumlah
yang dihasilkan atau jumlah aktivitas yang dapat diselesaikan
2.
Kualitas hasil kerja yaitu kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3.
Kemampuan
4.
Prestasi, Penilaian hasil kerja baik kualitas
maupun kuantitas yang dapat di hasilkan karyawan
5.
Kreatifitas
dalam pekerjaan yaitu keaslian
gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang timbul
2.1.3.1. Metode-Metode Untuk Mengukur Kinerja Kerja
Soedjono (2005) menyebutkan
6 (enam) kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pegawai secara
individu yakni :
1.
Kualitas,
Hasil pekerjaan yang dilakukan mendekati sempurna atau memenuhi tujuan yang
diharapkan dari pekerjaan tersebut.
2.
Kuantitas,
Jumlah yang dihasilkan atau jumlah aktivitas yang dapat diselesaikan.
3.
Ketepatan
waktu, yaitu dapat menyelesaikan pada waktu yang telah ditetapkan serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas yang lain.
4.
Efektivitas, Pemanfaatan secara maksimal sumber daya yang
ada pada organisasi untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian.
5.
Kemandirian,
yaitu dapat melaksanakan kerja tanpa bantuan guna menghindari hasil yang
merugikan.
6.
Komitmen
kerja, yaitu komitmen kerja antara pegawai dengan organisasinya dan tanggung
jawab pegawai terhadap organisasinya.
2.1.3.2.
Manfaat
Penilaian Kinerja
Mengenai manfaat penilaian kinerja, Sedarmayanti (2009) mengemukakan
adalah sebagai berikut.
1.
Meningkatkan prestasi kerja.
Dengan adanya
penilaian, baik pimpinan maupun karyawan memperoleh umpan balik dan mereka
dapat memperbaiki pekerjaan/prestasinya.
2.
Memberikan kesempatan kerja yang adil.
Penilaian akurat dapat menjamin karyawan memperoleh kesempatan menempati posisi
pekerjaan sesuai kemampuannya.
3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan.Melalui penilaian
kinerja, terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah sehingga memungkinkan
adanya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.
4.
Penyesuaian
kompensasi. Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam
menentukan perbaikan pemberian kompensasi, dan sebagainya.
5.
Keputusan
promosi dan demosi. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan untuk mempromosikan atau mendemosikan karyawan.
6.
Mendiagnosis
kesalahan desain pekerjaan. Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda
kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis
kesalahan tersebut.Menilai proses rekrutmen dan seleksi.
7.
Kinerja
karyawan baru yang rendah dapat mencerminkan adanya penyimpangan proses
rekruitmen dan seleksi.
2.1.3.4.
Faktor-Faktor menpengaruhi kinerja kerja Pegawai
Berikut ini
merupakan 5 faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan Anda, diantaranya:
1.
Fasilitas
Kantor
Fasilitas
kantor merupakan sarana yang menunjang seorang karyawan untuk melakukan
aktifitas kerjanya dengan baik dan apabila perusahaan Anda tidak dapat
memberikan fasilitas yang memadai, tentu saja hal ini akan menurunkan kinerja
kerja karyawan Anda. Jika Anda adalah seorang Startup yang baru saja memulai
usaha, akan lebih baik jika hal ini dijelaskan terlebih dahulu diawal
perekrutan karyawan sehingga mereka tahu dan siap bekerja dengan kondisi
fasilitas yang kurang memadai.
2.
Lingkungan
Kerja
Lingkungan
kerja merupakan faktor yang sangat penting untuk Anda perhatikan, karena hampir
80% karyawan resign jika lingkungan kerja mereka tidak baik. Lingkungan kerja
yang baik memiliki ruang kerja yang cukup luas, penerangan yang sempurna dan
temperatur udara yang sesuai dengan luas ruangan kerja karyawan Anda. Jika ada
salah satu fasilitas tersebut yang rusak, langsung segera diperbaiki agar
kinerja kerja mereka tidak menurun dan mereka tetap nyaman dalam melakukan
aktifitas kerja mereka sehari – hari.
3.
Prioritas
Kerja
Berikan
prioritas kerja yang jelas. Karyawan akan merasa kebingungan jika Anda
memberikan banyak tugas kepada mereka tetapi tidak memberikan skala prioritas
yang jelas, kemudian biarkan mereka mengerjakan pekerjaannya satu demi satu
dengan timeline yang sudah Anda tentukan dan jangan menambahkan tugas yang lain
sebelum pekerjaan tersebut diselesaikan, jika memang ada pekerjaan penting yang
harus Anda berikan kepada karyawan, maka Anda harus menggeser deadline
pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan, supaya karyawan Anda dapat bekerja dengan
tenang dan tidak didesak oleh waktu.
4.
Supportive
Boss
Sebagai atasan
yang baik Anda harus mau “mendengarkan” pendapat dan pemikiran karyawan Anda.
Berikan dukungan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat dan ide – ide baru
pada saat meeting, ajak mereka untuk “terlibat” dalam proyek yang sedang Anda
kerjakan. Anda juga harus memberikan ruang kepada mereka untuk belajar dan
berkreasi pada bidang yang mereka minati supaya mereka dapat terus mengasah
ilmunya, sebab jika suatu saat jika Anda membutuhkan skill tersebut Anda bisa
menggunakan tenaga mereka tanpa harus merekrut karyawan baru dan tentu saja hal
ini akan menguntungkan perusahaan Anda.
5.
Bonus
Sebagian besar
karyawan akan bekerja dengan senang hati bila pekerjaan yang mereka kerjakan
dihargai oleh perusahaan. Penghargaan terhadap karyawan bisa dimulai dari hal
yang sederhana seperti pujian dari atasan atau bahkan berupa bonus. Bonus ini
dapat Anda berikan kepada karyawan Anda yang memang benar – benar mampu bekerja
dengan baik sesuai dengan yang Anda harapkan. Pemberian penghargaan tersebut
ada baiknya jika disaksikan oleh karyawan Anda yang lain, tujuannya untuk memicu
rasa kompetisi agar mereka dapat bekerja lebih baik lagi.
2.2.
Penelitian Terdahulu
1. Colomina pereira (2005) dengan judul “pengaruh pelatihan
terhadap kinerja kerja karyawan Study Kasus pada AQUA-MOS FRESCA “
diketahui bahwa diantara variabel pelatiaha mempunyai pengaruh yang signifikan
baik secara simultan atau secara parsial terhadap kinerja kerja karyawan, variabel
yang paling dominan adalah kinerja kerja Karyawan (Y) hasil X = 29,84 dan Y =
2,069 Persamaan variabel pada X2 dan Y, X pelatihan dan Y kinerja Kerja
Karyawan. Perbedaan variabel tidak ada karena peneliti pertama hanya
menggunakan 2 (dua) variabel.
2. Nyoman Sri Subawa (2005) dengan judul analisis perbedaan
prestasi kerja berdsarkan tingkat pendidikan dan masa kerja. Di Losari Hotel
dan rama garden hotel di kota Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa
dilosari hotel, prestasi kerja karyawan di tinjau dari tingkat pendidikan
adalah X = 0,197 sehingga H0 diterima dan Ha di tolak. Dengan
demikian tidak terdapat perbedaan prestasi kerja di tinjau dari tingkat
pendidikan. Sedangkan prestasi kerja ditinjau dari masa kerja adalah Y = 0,677
sehingga H0 diterima dan HA ditolak. Persamaan variabel pada X1, X1 Tingkat Pendidikan. Perbedaan variabel Y
Prestasi Kerja, variabel X2 tidak ada karena peneliti pertama hanya menggunakan
2 (dua) variabel.
3. Terejinha Lelan Belo (2005) dengan judul “pengaruh kepemimpinan
dan disiplin kerja terhadap kinerja kerja karyawan”pada Lita-Stor Dili
Timor-Leste hasil kepemimpinan (X1) dengan nilai thitung adalah
0,645 dan ttabel sebesar 1,546 dan disiplin kerja (X2) Persamaan variabel pada (Y) kinerja Kerja pegawai.
Perbedaan variabel (X1) Kepemimpinan dan (X2) disiplin kerja.
2.3. Kerangka
Pemikiran Menurut Teoritis
Dari skema
atau baga kerangka kepemikiran ini teori dalam suatu penulisan ini adalah sebagai berikut :
Haryanto
(2003 : 349), memberikan batasan model adalah presentase
penyederhanaan dari hubungan variabel. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan
Pelatihan Terhadap Kinerja Kerja pegawai.
|
X1,Y
|
|
Tingkat
pendidikan
(X
1)
|
|
X1, X2, Y
|
|
Kinerja
kerja pegawai
(Y)
|
|
Pelatihaan
(X 2)
|
|
X2, Y
|
Keterangan :
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dihipotesiskan sebagai berikut
:
1. Variable X1 (Tingkat pendidikan)
2.
Variabel
X2 (Pelatihaan)
3. Variabel Y
(Kinerja kerja karyawan)
2.4.
Hipotesis.
Erwan
Agus Purwanto (2007 : 127), hipotesis penelitian adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masa
lah yang diteliti yang akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu bukti
penelitian tersebut diterimah atau tidak. Oleh karena itulah maka peneliti
dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Di
duga bahwa :
H1: Tingkat pendidikan berpengaruh posetif
terhadap kinerja kerja pegawai.
H2: Pelatihan kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja kerja pegawai.
H3: Tingkat pendidikan dan Pelatihaan kerja
secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja kerja pegawai.
BAB
3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Arikunto (1998;110) Penelitian yang digunakan yaitu penelitian survei
karena penelitian dilakukan pada populasi besar dan kecilnya tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang dipelajari dari populasi. Dengan
rancangan teknik Cross Sectional
untuk mengambarkan hal - hal yang berkaitan dengan keadaan serta menggali
secara luas tentang hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.
3.2. Populasi dan
sampel
3.2.1. Populasi
Sugiyono (2001 : 80) menyatakan populasi adalah totalitas dari semua obyek
atau individu yang memeliki karakteristik tertentu jelas dan lengkap yang akan
diteliti. Obyek dan nilai disebut unit analisis atau elemen populasi, yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kinerja kerja pegawai di (MCIA)
yang berjumlah (600) populasi.
3.2.2. Sampel
Sugiyono (2001 : 67) Dalam proses penentuan sampel penelitian menggunakan
teknik sampling kuota dalam statistik untuk penelitian yang menyatakan bahwa
sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan. Jadi mengingat keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti hanya mengambil 86 responden dalam penelitian. Maka peneliti mengunakan prosedor pengambilan
sampel dengan rumus
. Definisi Operasional Variabel
Sugiyono (2001 : 32)
menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dari obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel adalah suatu konsep yang
mempunyai variasi nilai dengan klasifikasi tertentu dan dapat pula diartikan
segala sesuatu yang akan dijadikan obyek pengamatan penelitian.
|
No
|
Variabel
|
Definisi variable
|
Indikator
|
Skala
|
Dimnsi
|
|
1.
|
Tingkat Pendidikan
( X1)
|
tingkat pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang
di inginkan oleh organisasi yang bersangkutan. (Notoadmodjo (2003 : 96)
|
- Pengetahuan
- Kemampuan
berpikir
- Pemhaman
- Pola sikap
-Kepribadian
|
interval
|
1-5
|
|
2.
|
Pelatihaan
(X2)
|
Pelatihan adalah bagian darisuatu proses pendidikan,
yang tujuannya untuk meninkatkan kemampuan atau keteranpilan seseorang
atau kelompok orang (Notoadmodjo 1992)
|
-
Materi
- Fasilitas
- Metode
- Motivasi
- Kualitas
|
Interval
|
1-5
|
|
3.
|
Kinerja
Kerja
pegawai
(Y)
|
Mangkunegara(2001)
mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil
kerjasecara kualitas dan kuantitas yang dicapaioleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
karyawan.
|
- Kuantitas,
- Prestasi
- Kreatifitas
-Kualitas hasil kerja
-kemampuan
|
Interval
|
1- 5
|
3.4 Jenis dan
Sumber Data
3.4.1
Jenis Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam
penulisan proposal ini antara lain sebagai berikut:
3.4.1.1. Data
kualitatif.
Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan berupa data lisan dengan
penjelasan mengenai pembahasan.
3.4.1.2.Data
kuantitatif
Data kuantitatif Adalah data yang dapat dihitung atau
data yang berupa angka-angka meliputi
dan jumalah terutama yang releava dengan obyek dan ruang lingkup
penelitian.
3.4.2.
Sumber Data
Untuk menunjang
kelengkapan pembahasan dalam penulisan proposal ini, penulis memperoleh data
yang bersumber dari :
3.4.2.1.
Data Primer
Data primer
adalah merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan berupa
hasil pengamatan setempat dan perolehan dokumen perusahaan serta wawancara
langsung pada pimpinan perusahaan maupun pada pegawai yang bersangkutan.
3.4.2.2.
Data Sekunder
Data sekunder
adalah merupakan data yang tidak langsung yang diperoleh dari dokumen-dokumen.
Dalam hal ini bersumber dari penelitian yang meliputi buku-buku bacaan yang
berkaitan dengan judul penelitian dan data data yang terkumpul bawah:
Kantor Kementrian Perdagangan, Perindustrian, dan Lingkungan
Hidup, Dili Timor-Leste.
1.
Data
tentang pendidikan di kantor MCIA.
2.
Data
tentang Pelatiahaan di kantor MCIA.
3.
Data
tentang kinerja kerja pegawai di kantor
MCIA
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk penulisan proposal ini, peneliti mengambil
data dan informasi melalui penelitian
dengan metode yang digunakan adalah :
3.5.1.
Observasi (pengamatan)
Observasi yaitu : penelitian melakukan pengamatan secara
langsung dilokasi penelitian guna mengamati lebih dekat Tentang Tingkat
Pendidikan dan Pelatihaan terhadap Kinerja Kerja Pegawai.
3.5.2.
Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan kepada para
responden ataukaryawan yang kebetulan atau yang
pernah menggunakan jasa pelayanan di kantor Kementrian Perdagangan, Perindustrian, dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste, dengan melaksanakan pengisihan dari kuesioner yang disediakan oleh peneliti.
3.5.3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan data-data
primer melalui dokumen-dokumen yang masih relevan dengan obyek yang menjadi
penelitian.
3.5.4.Teknik Interviw /Wawancara
Wawancara (interview) merupakan
teknik pengumpulan dengan beberapa muka (face
to face) secara langsung dengan pegawai di kantor MCIA
3.6. Uji Kualitas
Data
Teknik analisis menunjukkan pada cara pengelolaan dan
pembahasan yang telah diperoleh. Teknik analisis yang digunakan untuk menjawab
persoalan penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan alat analisis, uji
validitas dan reliabilitas, uji asumsi
klasik.
3.6.1. Uji
Validitas
Uji validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut Gozali,
(2001; 142). Uji validitas
dalam penelitian ini digunakan korelasi product
moment dengan cara melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan
total skor item dalam suatu konsep variabel. Item pertanyaan dikatakan valid
apabila diperoleh korelasi positif dan lebih besar dari nilai r tabel product moment pada df = n –k., α = 5 %.
3.6.2.
Uji Reliabilitas
Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adaah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Gozali, (2001; 140). Uji reliabilitas digunakan
koefisien Conbrach Alpah (α). Apabila
nilai α lebih besar dari 0,60 dapat ditafsirkan satu hasil pengukuran relatif
konsistem apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih dengan kata lain
instrumen tersebut dapat diandalkan
3.7.
Uji Asumsi klasik.
Asumsi klasik ini bertujuan untuk menguji apakah dalm
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memeliki distribusi normal
atau tidak Santoso, (2001; 129),
Model regresi yang baik adalah yang memeliki distribusi normal atau mendekati normal. Distribusi normal akan
membentuk garis lurus diagonal. Jika distribusi datanya normal, maka garis yang
menggambarkan data yang sesungguhnya akan menyikuti garis diagonalnya.
3.7.1. Uji
Normalitas
Uji normalitas dipakai untuk mendeteksi normalitas data,
dengan menggunakan kurva persebaran data berupa kurva normal dan kurva plot
model regresi yang baik adalah baik distribusi data normal atau mendeteksi.
3.7.2. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi klasik berikutnya adalah tidak adanya
heteroskedastisitas. Adanya penyimpangan pada asumsi ini, berarti terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya dalam
model regresi Menurut Santoso, (2001:83), konsekuensi dari heteroskedastisitas adalah bahwa
penaksir (estimator) yang diperoleh tidak
efisien, baik dalam sampel kecil
maupun sampel besar. Untuk mendeteksi indikasi heteroskedastisitas adalah
melalui grafik Scatter Plot, dimana jika ada pola tertentu seperti titik titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka
mengindikasikan adanya heteroske dastisitas. Sedangkan, jika tidak ada pola
yang jelas serta titikyangtitiknya menyebar diatas dan dibawah angka nol pada
sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.7.3. Uji Multikolinieritas
Asumsi pertama dalam uji asumsi klasik adalah tidak adanya
multikoliniritas diantara variabel bebas Santoso, (2001; 37), Dalam model regresi yang baik, seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Model regresi yang
mengandung multikoliniritas akan menyebabkan kesalahan standar estimasi
yang cenderungakan meningkat sering bertambah variabel
independen. Aturan yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah
:
a.
Jika
nilai tolerance dan VIF mendekati
angka 1, maka tidak terjadi
problem multikolinieritas
b.
Jika
nilai tolerance dan VIF menjauhi
angka 1, maka terjadi problem multikolinieritas.
3.7.4.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan antara anggota seri observasi
yang disusun menurut urutan waktu seperti data time series urutan tempat ruang data, atau korelasi yang
timbul pada dirinya sendiri.
Berdasarkan
konsep tersebut maka uji asumsi autokorelasi sangat penting dilakukan tidak
hanya pada data yang bersifat time series saja, akan tetapi semua data
(variable independent) yang diperoleh perlu diuji terlebih dahulu
autokorelasinya apabila akan dianalisis dengan regresi liner berganda (Sudarmanto,
2005; 142). Ada tidaknya
korelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin
Watson (Umar, hlm.189). Ukuran
yang digunakan untuk menyatakan ada tidaknya autokorelasi yaitu apabila nilai statistik. Durbin Watson berada diantara 2 dan + 2, maka data tidak
memeliki autokorelasi (Sudarmanto,
2005; 42).
3.8. Teknik
Analisis Data
3.8.1 Koefisien
Regresi Liner Berganda
Teknik ini
digunakan untuk mengetahui dan menentukan besarnya perubahan variabel
tergantung yang disebabkan oleh setiap perubahan yang terjadi pada variabel
bebas dengan rumus yang sebagai berikut:
Y = a + b1 x1+b2 x2 + e
Keterangan :
Y = Variabel terikat/Kinerja
kerja karyawan
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi yang berhubungan dengan
X1
b2 = Koefisien regresi yang berhubungan dengan
X2
x1 = Tingkat pendidikan
x2 = Pelatihaan
e = Error
1.8.2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan atau untuk menguji signifikan estimasi
variabel-variabel yang diangkat dalam penelitian ini dilakukan dengan
pengujian t test dan f test
A. Uji signifikan
parsial ( Uji T)
Uji T digunakan untuk mengetahui signifikan
dari koefisien regresi yang diperoleh. Nilai T- test yang
diperoleh akan dibandingkan dengan Nilai T ‑ tabel pada derajat
kepercayaan ɑ = 0,025% ɑ = /0,025.
jika T test ≥Ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak,
demikian juga sebaliknya.
Gambar
: 01
Uji Signifikan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Kerja
pegawai
t hitung 1
|
Daerah
Penerimaan
H0 95 %
|
Daerah Penolakan Ha
Daerah
Penolakan Ha
= 0,025
= 0,025
|
0
|
t=
α t=
α
a.
Apabila
t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
berarti tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Kerja pegawa
b.
Apabila
t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
maka ada pengaruh signifikan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Kerja
Pegawai.
Untuk menentukan apakah Ho diterima atau ditolak
ttest2 = b2 : Sb2
Gambar
: 02
Uji
Signifikan dari Pelatihaan terhadap kinerja kerja pegawai
t hitung 2
|
Daerah penerimaan
H0 95%
|
|
Daerah penolakan
Ha
= 0, 025
|
|
|
-t= α 0 t= α
a.
Apabila thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
tidak ada pengaruh dan Signifikan Pelatihaan terhadap Kinerja Kerja Pegawai.
b.
Apabila
t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima maka ada pengaruh Signifikan Pelatihaan terhadap Kinerja Kerja
Pegawai.
B. Pengujian
secara simultan (Uji F)
Uji F atau uji simultan/ pengujian secara mengeluruh
dengan tujuan untuk mengetahui kemaknaan (signifikan) koefisien
secara simultan, dengan maksud untuk mengetahui apakah variabel-variabel
bebas memberikan pengaruh pada variable terikat.
Uji Signifikan
atau uji simultan (Uji f)
Pada dasar ststistik –F menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap
variabel terikat. Uji statistik- F dengan nilai Ftest .jika nilai
statistik-F ≥ nilai Ftabel maka Ha diterima, demikian juga
sebaliknya.
Gambar
: 03
F hitung (Uji variabel X1, X2 secara
bersama-sama terhadap variabel Y)
Distribusi F/ Uji Secara Simultan
|
|
|
Daerah
penolakan
H0
α = 5 %
|
|
Daerah
Penerimaan
Ha
α = 95 %
|
1.8.3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien
determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu model tertentu dalam menerangkan variable-variabel
terikat, dengan persyaratan nilai koefisien determinasi ada diantara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan satu variabel
indenpenden dalam menjelaskan satu variabel dependen amat terbatas. Koefisien
determinasi yang digunakan dalam penelitian yaitu adjusted R square.
1.8.4.
Hipotesis
Statistik
Ho : β1≥0,
Artinya perubah variabel Tingkat Pendidikan (X1) tidak mempunyai
pengaruh negatif terhadap Kinerja Kerja pegawai(Y).
Ha: β1 ≤ 0, Artinya perubah variabel Tingkat Pendidikan (X1)
mempuyai
pengaruh negatf terhadap Kinerja Kerja
Pegawai.
Ho: β2
= 0, Artinya perubah Pelatihaan (X2) tidak
mempunyi pengaruh positif
terhadap Kinerja Kerja pegawai (Y).
Ha: β2 ≥0, Artinya
perubah Pelatihaan (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Kinerja Kerja Pegawai.
Ho: β1, β2 = 0, Artinya perubah Tingkat Pendidikan dan
Pelatihaan secara bersama sama (X1, X2) tidak mempunyai
pengaruh terhadap Kinerja Kerja pegawai.
Ha: β1, β2 ≠ 0 , Artinya perubah Tingkat Pendidikan dan
pelatihaan (X1,X2=) mempunya pengaruh terhadap
Kinerja Kerja Pegawai
Komentar
Posting Komentar