skripsi 2014 enthy
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia teknologi yang
semakin maju dari masa ke masa atau dari waktu ke waktu, persaingan dalam dunia
kerja akan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi dan modernisasi,
oleh karena itu dalam suatu organisasi atau institusi pemerintah dengan
pelatihan yang baik untuk meningkatkan pekerjaan dalam suatu institusi untuk itu
pelatihan tidak baik maka pekerjaan terhambat dalam intitusi atau organisasi
tersebut. Tingkat pendidikan dan pelatihan yang baik harus dimiliki oleh setiap
organisasi atau institusi pemerintah untuk meningkatkan kinerja kerja pegawai
harus didukung dengan sumber daya manusia yang berpendidikan dan keahlian untuk
mencanpai efisiensi organisasi atau tujuan instituai pemerintah, oleh karena itu
sumber daya manusia sangat penting dalam menjalangkan usaha atau kegiatan di
dalam institusi pemerintah. pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu factor
yang menunjang keberhasilan suatu institusi atau organisasi, bila mana
pendidikan dan pelatihan dalam suatu organisasi atau perusahaan kuran maksimal
maka Kinerja kerja pegawai di dalam organisasi akan menurung. Oleh karena itu
perusahaan ingin terus berkembang maka para peminpin organisasi atau institusi
pemerintah harus memberikan motivasi atau dorongan kepada kerja karyawan melalui
meningkatkan pendidikan, memberikan pelatihan,dan mengarahkan pekerjaan yang
baik demi memperlangcarkan kinerja kerja Pegawai. Meningkatkan kinerja kerja
dalam suatu organisasi atau institusi pemerintah harus didukung dengan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas dan berpendidikan untuk mencapai efisiensi
organisasi. pada umunya seorang manusia menpunyai pendidikan yang lebih tinggi
akan menpunyai kinerja kerja yang lebih baik, dan menpunyai pengalaman yang
lebih tinggi akan menpunnyai kinerja kerja yang lebih baik.Kesemuanya ini
bertujuan agar kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang Pegawai yang dapat
dengan tuntutan tugas atau jabatan, sehingga sumber daya manusia yang ada
menjadi produktif dan berprestasi tinggi yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi secara keseluruhan. Hal tersebut
bukannya tanpa alasan, sebab setiap individu memiliki pengalaman, bakat, dan
minat yang berbeda. Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan
dari karyawan agar sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan.
Pelatihan bertujuan untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai
hasil kerja yang telah ditetapkan. Program pelatihan adalah suatu proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan
organisasi dan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relative singkat dengan metode yang lebih mengutamakan
pada praktek daripada teori. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai
tujuan organisasi, program pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas.
Secara terbatas, program pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan
yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam
pekerjaan mereka saat ini. Kinerja kerja merupakan suatu istilah yang sering
digunakan dalam perencanaan pengembangan kerja pegawai pada khususnya
diperusahaan yang bersangkutan. Pencapaian tujuan dan keinginan tersebut
haruslah diikuti dengan peningkatan pekerjaan. Sumber daya manusia yang secara
efektif harus
berkualitas supaya dapatn mencapai kinerja kerja, maka diperlukan adanya peningkatan kualitas pegawai melalui fungsi pengembangan
pretasi kerja pegawai tersebut. Kinerja kerja itu sendiri adalah hubungan
antara keluaran atau hasil organisasi yang diperlukan. Kinerja dapat
dikuantifikasikan dengan membagi keluaran dan masukan. Kinerja kerja sebenarnya
mencakup tentang suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan kehidupan
mengenai pelaksanaan produksi didalam suatu perusahaan dimana dalam memproduksi
untuk hari ini diharapkan lebih baik dari hari kemarin begitu juga sistem
kerjanya. Seseorang selalu mencari perbaikan-perbaikan dengan berfikir dinamis,
kreatif serta terbuka. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengidentifikasi
obyek penelitian di Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup,
Dili Timor-Leste. Tingkat Pendidikan yang terjadi di kantor (MCIA) yaitu tingkat
pendidikan yang kurang maksimal, dan juga karyawan kurang mendapat pelatihaan
untuk meningkatan pretasi kerja, maka organisasi atau institusi pemerintak MCIA
harus mengantisipasi hal-hal tersebut untuk mengembangkan kinerja kerja pegawai
dimasa yang mendatang. Uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka
penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pelatihan
Terhadap Kinerja Kerja Pegawai pada Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian
latarb elakang diatas, maka para peneliti akan mengientifikasi masalah sebagai
berikut: Tingkat Pendidikan masih didominasi taraf pendidikan rendah di
Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
Kurannya Pelatihan pegawai di Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste Kinerja kerja pegawai belum sesuai dengan
harapan Kementerian. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas
maka para penulis akan memunculkan masalah sebagai berikut: Apakah Tingkat
pendidikan berpengaruh Terhadap kinerja kerja pegawai pada Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste. Apakah
Pelatihan Pegawai berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai pada Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste. Apakah
Tingkat Pendidikan dan pelatihan bersama-sama pengaruh terhadap kinerja kerja
pegawai pada Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili
Timor-Leste. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian harus sejalan atau konsisten
terhadap judul dan permasalahan penelitian. Dalam rumusan penelitian harus
tercantum jawaban dan permasalahan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan
penelitian adalah:s Untuk mengetahui dan Analisis pengaruh tingkat pendidikan
terhadap Kinerja kerja Pegwai pada Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste Untuk mengetahui dan Analisis pengaruh
Pelatihan pegawai terhadap kinerja kerja pegawai pada Kementerian Perdagangan,
Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste Untuk mengetahui dan
Analisis pengaruh variabel tingkat Pendidikan dan Pelatihan pegawai Pelatihan
pegawai akan bersama sama berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai pada
Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste
Manfaat Penelitian Bagi perusahaan Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan
dan bahan pertimbangan bagi Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan
Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste untuk bisa melakukan tingkat pendidikan dan
Penempatan kerja yang lebih efektif pada kegiatan kantor Kementerian
Perdagangan, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste Bagi Akademik
Sebagai masukan dan referensi bagi universitas dan mahasiswa
dalam segala penelitian, dan membina mahasiswa/I dalam melakukan penelitian
secara terus menerus. Bagi Peneliti Untuk menambah kemampuan berpikir perluaskan
penulis dalam melakukan penelitian, dan memperluas cakrawala berpikir secara
teliti dan realistis serta mempermudah mahasiswa dalam menyusun secara teoritis.
BAB 2 LANDASAN TEORI Definisi Dan Nalar Konsep Definisi Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam bukunya sumber daya manusia adalah suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya meningkatkan
penguasaan teori dan kerampilan memutuskan ter hadap persoalan persoalan yang
mengangkut kegiatan mencapai tujuan organisasi.(Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1994 : 204)Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan
tata laku seseorang/kelompok orang dalam usahanya mendewasakan manusia melalui
suatu upaya pengajaran dan pelatihan Hariandja (2002 : 169) menyatakan bahwa
tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing organisasi dan
memperbaiki kinerja kerja orgnisasi. Tingkat pendidikan formal yang semakin
tinggi, berakibat pada peningkatan harapan dalam hal karier dan perolehan
pekerjaan dan penghasilan.Akan tetapi di sisi lain, lapangan kerja yangtersedia
tidak selalu sesuai dengan tingkat dan jenis pengetahuan serta keterampilan yang
dimiliki oleh para pencari kerja tesebut (Ellitan, 2003). Arfida ( 2003 ),
terdapat dua konsekuensi yang dihadapi oleh organisasi pengguna tenaga kerja,
yaitu: Menyelenggarakan pelatihan secara intensif dan terprogram agar para
pegawai memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan Menawarkan
pekerjaan yang sebenarnya memerlukan pengetahuan dan keterampilan yanglebih
rendah dari yang dimiliki oleh para pekerja berkat pendidikan formal yang
pernahditempuhnya apabila diterima oleh pekerja yang bersangkutan berarti tingkt
imbalan yang diperoleh lebih rendah dari yang semula diharapkan. Coombs ( 1986 :
58 ) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan adalah taraf kemampuan yang ditentukan
dari hasil belejar dari saat masuk sekolah hingga kelas terakhir yang dicapai
seseorang dengan mengabaikan waktu untuk jenjang di dalam pendidikannya. Dengan
demikian Hariandja (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan
dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja perusahaan.
Sedarmayanti (2009:32) mengatakan bahwa melalaui pendidikan, seseorang
dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, dan mengembangkan metode
berpikir secara sistematik untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam
kehidupan dikemudian hari. Menurut Siagian (2006 : 273) pendidikan adalah
keseluruhan proses teknik dan Metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan
suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas disimpulkan
bahwa pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang/kelompok orang dalam usahanya mendewasakan manusia melalui suatu upaya
usaha yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan
potensi yang dimiliki secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan dimasa yang
akan datang Tingkat Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003). tingkat
pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan, terdiri dari: dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)
tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi Notoadmodjo (2003 : 96 ) mendefinisikan bahwa tingkat pendidikan adalah
suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang di inginkan oleh organisasi yang
bersangkutan. Handoko. (2003 : 126). Pendidikan diartikan sebagai pendidikan
formal yang dicapai atau diperoleh dibangku sekolah. Pendidikan formal yang
ditempuh merupakan modal yang amat penting karena dengan pendi -dikan seseorang
mempunyai kemampuan dan dapat dengan mudah mengembangkan diri dalam bidang
kerjanya Idris (1992 : 102) Mendefinisikan pendidikan adalah Serangkai kegiatan
komunikasi yang bertujuan antara manusia dewasa dengan si anak didik secara
tatap muka atau dengan menggunakan media dalam memberikan bantuan terhadap
perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dari
pengertian di atas maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pendidikan
merupakan proses peningkatan pengetahuan, kemampuan berfikir pemahaman, sikap
dan kepribadian karyawan dalam melaksanakn tugas tugas pekerjaannya. Tujuan
pendidikan Menanamkan pengetahuan atau pengertian pendapat dan konsep-konsep.
Mengubah sikap dan persepsi. Menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru
Soekidjo Notoatmojo. ( 2003 : 68) Manfaat pendidikan Dalam kehidupan kita dewasa
ini pendidikan kewarganegaraan sangat diperlukan demi tercapainya kedamaian
dalam kehidupan kita. Ada begitu banyak hal hal menjadi penghambat pendidikan
kewarganegaraan adalah globalisasi.Manfaat Pendidikan Ada beberapa manfaat
pendidikan yang kita peroleh : Mendapatkan ilmu yang akan kita butuhkan untuk
masa depan Dengan belajar diluar sekolah bisa menambah wawasan yang lebih luas
sehingga pengetahuan kita bertambah Dengan mendapatkan ilmu dan wawasan yang
lebih luas kita dapat meraih cita-cita yang kita impikan Indikator tingkat
Pendidikan tingkat pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah
yang di inginkan oleh organisasi yang bersangkutan. (Notoadmodjo (2003 : 96)
sebagai berikut : Pengetahuan Kemampuan berpikir Pemhaman Pola sikap Kepribadian
Faktor-Faktor yang menpengaruhi tingkat pendidikan Usia Usia adalah yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Berbagai
macam pendidikan atau sekolah dibatasi oleh umur. Sehingga umur mempengaruhi
seseorang dalam mengakses pendidikan Pekerjaan Pekerjaan adalah serangkaian
tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang
sesui dengan jabatan dtau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah
mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Status Ekonomi Status ekonomi
berpengaruh terhadap status pendidikannya. Individu yang berasal dari keluarga
yang status ekonominya menengah dan tinggi dimungkinkan lebih memiliki
pendidikan yang tinggi pula. Sosial Budaya Lingkungan sosial budaya mengandung
dua unsur yaitu yang berarti interaksi antara manusia dan unsur budaya yaitu
bentuk kelakuan yang sama terdapat dikeluarga. Manusia mempelajari kelakuanya
dari orang lain di lingkungan sosialnya. Budaya ini diterima dalam keluarga
meliputi bahasa dan nilai-nilai kelakuan adaptasi kebiasaan dan sebagainya yang
nantinya berpengaruh pada pendidikan seseorang. Lingkungan Lingkungan adalah
seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkebangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah
input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptasi yang melibatkan baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan
berpendidikan tinggi akan cenderung untuk mengikuti lingkunganya Definisi
Pelatihan Program pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi dan merupakan
bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang
relative singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada
teori. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi,
program pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas,
program pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan
dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat
ini. Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu,
proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang
secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai
dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang
digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik
antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih
luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan
Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM
(human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan
dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan
dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam
waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.
Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan keahlian tertentu
serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksnakan tanggung
jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar (Mangkuprawira ; 2004 :
135). Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan
kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan
dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut,
Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah
ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah
perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja
organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan
untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang
dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi)
yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. Pelatihan menurut Gary Dessler
(2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang,
ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”.
Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia
dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu
mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat
perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. Veithzal Rivai (2004
: 226) menegaskan bahwa “pelatihan adalah proses sistematis mengubah tingkah
laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan
keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan
memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan
kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan”. Pendapat Rivai inilah
yang dijadikan inspirasi dalam penelitian ini. Hadari Nawawi (1997) menyatakan
bahwa pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan bagi para pekerja
untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki
kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus kegiatannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang
paling efektif pada masa sekarang. Netisimito, 1996 : 35 Pelatihan atau training
sebagai suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap,
tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari karyawan sesuai dengan keinginan
perusahaan. Pelatihan yang dimaksudkan adalah pelatihan dalam pengertian yang
luas tidak terbatas hanya untuk mengembangkan keterampilan semata.Pelatihan
merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas dalam
pekerjaan merekayang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan
kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang
layak.Pelatihan berhubungan dengan efektifitas pekerjaan individu tenaga kerja
dan hubungan antara tenaga kerja yang dikembangkan merupakan program untuk
memudahkan pencapaian tujuan Mangkunegara (2003 : 51) menyatakan bahwa materi
pelatihan dan pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan.
Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa pentingnya penentuan materi
pendidikan dan pelatihan yang memperhatikan kesesuaian pekerjaan, pendidikan,
ketentuan dan alokasi waktu pendidikan dan pelatihan sehingga tujuan pendidikan
dan pelatihan dapat dicapai Indikator –indikator pelatihaan Pelatihan adalah
bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meninkatkan kemampuan
atau keteranpilan seseorang atau kelompok orang (Notoadmodjo 1992) Materi
Fasilitas Metode Motivasi Kualitas Manfaat Pelatihan Suprihanto (1996 : 37)
pelatihan berperan besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi. Beberapa
manfaat yang dihubungkan dengan program pelatihan adalah: Meningkatkan kualitas
dan kuantitas produktivitas. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan
untuk mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima. Menciptakan sikap,
loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan. Mengurangi jumlah dan biaya
kecelakaan kerja. Membantu karyawan dalam meningkatkan dan mengembangkan
dirinya. Tujuan Pelatihan Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005 : 49) , tujuan
dari pelatihan adalah Meningkatkan penghayatan jiwa dan idiologi. Meningkatkan
produktivitas kerja. Meningkatkan kualitas kerja. Meningkatkan ketetapan
perencanaan Sumber Daya Manusia. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berkinerja secara maksimal.
Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. Meningkatkan keusangan.
Meningkatkan perkembangan skill karyawan.
Tahapan-Tahapan dalam pelatihan Menjelaskan bahwa Mangkunegara (2005) meliputi :
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan
Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya Menetapkan metode pelatihan
Mengadakan percobaan (try out) dan revisi Mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Metode Pelaksanaan Pelatihan Pemilihan penggunaan metode atau tknik-teknik
pendidikan dan pelatihan yang digunakan perusahaan bergantung pada beberapa
pertimbangan. Ada beberapa metode pelatihan yang dikemukakan oleh sikula yang
dikutip oleh. Hasibuan (2006 : 77) ada dua metode yang digunakan dalam pelatihan
yaitu: Metode on the job Pada metode ini peserta dihadapkan pada lingkungan
kerja yang sesungguhnya,lalu mereka diberi instruksi tentang cara-cara bekerja.
On the job training meliputi rotasi pekerjaan ( rotation), program magang
(apprenticeship), dan coaching Rotasi pekerjaan (rotation). Karyawan berpindah
dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lain dalam jangka waktu yang
direncanakan. Program magang (apprenticeship). Program magang menggabungkan
pelatihan dan pengalaman pada pekerjaan dengan instruksi yang didapatkan pada
ruang kelas. Program ini memerlukan waktu yang cukup lama dan pengawasan yang
terus menerus. Coaching Coaching adalah teknik pengembangan yang dilakukan
dengan praktek langsung dengan orang yang sudah pengalaman atau atasan yang
telah terlatih. Training intruksi pekerjaan Pendaftaran masing-masing tugas
dasar jabatan, bersama dengan titik-titik kunci untuk memberikan pelatihan
langkah demi langkah kepada karyawan. Metode on the job Pada metode ini peserta
diberikan pelatihan diluar ruang kerja atau tempat kerja. Program ini memberikan
individu dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan pada waktu terpisah dari waktu kerja regular mereka. Pembelajaran
terprogram Suatu program sistematik untuk mengajarkan keterampilan mencakup
penyajian pertanyaan atau fakta, memungkinkan orang itu untuk memberikan
tanggapan dan memberi peserta belajar umpan balik segera tentang kecermatan
belajarnya. Vestibule training Merupakan pelatihan yang dilakukan dalam suatu
ruangan khusus terpisah, dari tempat kerja biasa dan disediakan peralatan yang
sama seperti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya. Role playing Dalam
program ini peserta di minta untuk memerankan individu yang harus melaksanakan
tugas atau pekerjaan tertentu. Metode ini
dimaksudkan agar peserta mampu memperbaiki perilakunya untuk mengembangkanhubungan
antar manusia dan organisasi. Management games Peserta di minta berperan sebagai
manager suatu organisasi simulasi. Berdasarkan data yang disediakan, peserta di
minta untuk mengambil keputusan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelatihan
Faktor-faktor yang menunjang kearah keberhasilan pelatihan menurut Veithzal
Rivai (2004 : 240) antara lain : Materi yang dibutuhkan, Materi disusun dari
estimasi kebutuhan tujuan latihan, kebutuhan untuk pengajaran keahlian khusus.
Metode pelatihan, yang digunakan melalui metode-metode pelatihan yang secara
sistematik. Prinsip pembelajaran, Materi yang digunakan berupa pelatihan yang
diberikan. Ketetapan dan kesesuaian fasilitas, fasilitas sangat menunjang bagi
terlaksananya program pelatihan. Kemampuan peserta pelatihan. Kinerja Kerja
Pegawai Secara umum, definisi kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dankuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pegawai sesuai dengan tanggungjawab yang dibebankan
atau diberikan kepadanya. Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi,
yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai
adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja
organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Istilah
kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (Prestasi
kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Dalam Kamus
Bahasa Indonesia dikemukakan arti kinerja sebagai “ sesuatu yang dicapai;
prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja”. Mangkunegara, 2005 : 67.
Pengertian kinerja (Prestasi kerja) merupakan hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan Lebih lanjut
lagi, Mangkunegara menyatakan bahwa pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua,
yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi, kinerja individu adalah hasil
kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar
kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari
kinerja individu dengan kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005). Griffin (1987 :
67), mengemukakan: “Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang
ada pada diri pekerja”. tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik
dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.” Samsudin
(2005 : 159) menyebutkan bahwa: “Kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang
dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada
dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan
organisasi/perusahaan”. Menurut Fattah (1999 : 19) kinerja atau prestasi kerja
(performance) diartikan sebagai: ”ungkapan kemampuan yang didasari oleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu”.
Sementara menurut Sedarmayanti (2001 : 50) bahwa: “Kinerja merupakan terjemahan
dariperformance yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian
kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja”. Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah penampilan yang melakukan, menggambarkan dan
menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan non fisik yang sesuai
dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan motivasi. Setiap individu atau organisasi tentu memiliki
tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau sasaran. Keberhasilan
individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut merupakan
kinerja. Prawirosentono (1999 : 2) yang mengartikan kinerja sebagai, “Hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang adan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka upaya mendapai tujuan organisasi bersangkutan secara ilegal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”. Dari pendapat
Prawirosentono di atas terungkap bahwa kinerja merupakan hasil kerja atau
prestasi kerja seseorang atau organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Gomes
(2003 : 142) mengatakan bahwa “Kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi
pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu”. Sementara
Rivai (2005 : 14) mengemukakan bahwa: “Kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar
hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama.” Casio (1992 : 137) mengemukakan: ”Kinerja
merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan.Kinerja
merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses
jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.” Rosidah (2000 : 223)
memberikan definisi kinerja kerja adalah pengukuran kontribusi dari individu dan
instansi yang di lakukan terhadap organisasi, dan nilai penting kinerja adalah
penyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atau menjadi tanggung jawabnya.
Mangkunegara (2001) telah menyatakan, Pengertian kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
oleh atasan kepadanya. dengan adanya tujuan kinerja kerja yang memungkinkan
mengetahui apa yang di perlukan dari mereka, atas dasar apa kinerja harus di
lakukan dan bagaimana kontribusinya akan di nilai. Hasibuan (2001 : 160) Kinerja
kerja kariyawan adalah suatu hasil yang di capai sesorang dalam melaksanakan
tugas tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan. Berdasarkan pada pendapat
di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu
hasil yang di capai oleh karyawan dan melalui suatu proses, sekaligus
berpotensi. Malayu S.P. (2001 : 34) Kinerja kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan kecakapan pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Tentang Penilaian
kinerja adalah evaluasi dan sistematis terhadap pekerjaan oleh karyawan atau
pegawai dan tujukan untuk mengembangkan. Tentang penilaian kinerja di tengah
kompetisi yang global perusahaan menuntuk kinerja yang tinggi dari setiap
karyawan atau pegawai dinyatakan oleh: Henry Simamora (2004 : 338) Penilian
kinerja adalah Proses yang
dipakai oleh perusahaan atau institusi pemerintah untuk mengevaluasiakan
melaksanakan kerja individu karyawan.Untuk lebih menperjelas bagaimana penilaian
kinerja dalam sebuah organisasi untuk dapat menghasilkan individu yang
berkualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh karyawan maka Malayu
S.P.Hasibuan (2001 : 87) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah sebuah
system formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja
seseorang. Hadari Nawawi (2006 : 63) adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila
suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui
batas waktu yang disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui
batas waktu yang disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan. Berdasarkan
pengertian penilaian kinerja di atas maka dapat ditarik kesimulan yang
menerangkan bahwa penilain kinerja dilam sebuah organisasi modern,penilaian
kinerja merupakan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan dan standar kinerja memotivasi kinerja individu waktu yang
akan datang. Indikator Kinerja kerja pegawai Indikator kinerja karyawan terdiri
dari beberapa macam. Mangkunegara (2001) mengemukakan bahwa kinerja karyawan
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Indikator yang dipergunakan di dalam melakukan penilaian kinerja
karyawan sebagai berikut: Kuantitas, Jumlah yang dihasilkan atau jumlah
aktivitas yang dapat diselesaikan Kualitas hasil kerja yaitu kualitas kerja yang
dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. Kemampuan
Prestasi, Penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat di
hasilkan karyawan Kreatifitas dalam pekerjaan yaitu keaslian gagasan-gagasan
yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang timbul Metode-Metode Untuk Mengukur Kinerja Kerja Soedjono (2005)
menyebutkan 6 (enam) kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
pegawai secara individu yakni : Kualitas, Hasil pekerjaan yang dilakukan
mendekati sempurna atau memenuhi tujuan yang diharapkan dari pekerjaan tersebut.
Kuantitas, Jumlah yang dihasilkan atau jumlah aktivitas yang dapat diselesaikan.
Ketepatan waktu, yaitu dapat menyelesaikan pada waktu yang telah ditetapkan
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas yang lain. Efektivitas,
Pemanfaatan secara maksimal sumber daya yang ada pada organisasi untuk
meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian. Kemandirian, yaitu dapat
melaksanakan kerja tanpa bantuan guna menghindari hasil yang merugikan. Komitmen
kerja, yaitu komitmen kerja antara pegawai dengan organisasinya dan tanggung
jawab pegawai terhadap organisasinya. Manfaat Penilaian Kinerja
Mengenai manfaat penilaian kinerja, Sedarmayanti (2009) mengemukakan adalah
sebagai berikut. Meningkatkan prestasi kerja. Dengan adanya penilaian, baik
pimpinan maupun karyawan memperoleh umpan balik dan mereka dapat memperbaiki
pekerjaan/prestasinya. Memberikan kesempatan kerja yang adil. Penilaian akurat
dapat menjamin karyawan memperoleh kesempatan menempati posisi pekerjaan sesuai
kemampuannya. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan.Melalui penilaian kinerja,
terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah sehingga memungkinkan adanya
program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Penyesuaian kompensasi.
Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam menentukan perbaikan
pemberian kompensasi, dan sebagainya. Keputusan promosi dan demosi. Hasil
penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
mempromosikan atau mendemosikan karyawan. Mendiagnosis kesalahan desain
pekerjaan. Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam
desain pekerjaan. Penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan
tersebut.Menilai proses rekrutmen dan seleksi. Kinerja karyawan baru yang rendah
dapat mencerminkan adanya penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi.
Faktor-Faktor menpengaruhi kinerja kerja Pegawai Berikut ini merupakan 5 faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan Anda, diantaranya: Fasilitas Kantor
Fasilitas kantor merupakan sarana yang menunjang seorang karyawan untuk
melakukan aktifitas kerjanya dengan baik dan apabila perusahaan Anda tidak dapat
memberikan fasilitas yang memadai, tentu saja hal ini akan menurunkan kinerja
kerja karyawan Anda. Jika Anda adalah seorang Startup yang baru saja memulai
usaha, akan lebih baik jika hal ini dijelaskan terlebih dahulu diawal perekrutan
karyawan sehingga mereka tahu dan siap bekerja dengan kondisi fasilitas yang
kurang memadai. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan faktor yang sangat
penting untuk Anda perhatikan, karena hampir 80% karyawan resign jika lingkungan
kerja mereka tidak baik. Lingkungan kerja yang baik memiliki ruang kerja yang
cukup luas, penerangan yang sempurna dan temperatur udara yang sesuai dengan
luas ruangan kerja karyawan Anda. Jika ada salah satu fasilitas tersebut yang
rusak, langsung segera diperbaiki agar kinerja kerja mereka tidak menurun dan
mereka tetap nyaman dalam melakukan aktifitas kerja mereka sehari – hari.
Prioritas Kerja Berikan prioritas kerja yang jelas. Karyawan akan merasa
kebingungan jika Anda memberikan banyak tugas kepada mereka tetapi tidak
memberikan skala prioritas yang jelas, kemudian biarkan mereka mengerjakan
pekerjaannya satu demi satu dengan timeline yang sudah Anda tentukan dan jangan
menambahkan tugas yang lain sebelum pekerjaan tersebut diselesaikan, jika memang
ada pekerjaan penting yang harus Anda berikan kepada karyawan, maka Anda harus
menggeser deadline pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan, supaya karyawan Anda
dapat bekerja dengan tenang dan tidak didesak oleh waktu. Supportive Boss
Sebagai atasan yang baik Anda harus mau “mendengarkan” pendapat dan pemikiran
karyawan Anda. Berikan dukungan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat dan
ide – ide baru pada saat meeting, ajak mereka untuk “terlibat” dalam proyek yang
sedang Anda kerjakan. Anda juga harus memberikan ruang kepada mereka untuk
belajar dan berkreasi pada bidang yang mereka minati supaya mereka dapat terus
mengasah ilmunya, sebab jika suatu saat jika Anda membutuhkan skill tersebut
Anda bisa menggunakan tenaga mereka tanpa harus merekrut karyawan baru dan tentu
saja hal ini akan menguntungkan perusahaan Anda. Bonus Sebagian besar karyawan
akan bekerja dengan senang hati bila pekerjaan yang mereka kerjakan dihargai
oleh perusahaan. Penghargaan terhadap karyawan bisa dimulai dari hal yang
sederhana seperti pujian dari atasan atau bahkan berupa bonus. Bonus ini dapat
Anda berikan kepada karyawan Anda yang memang benar – benar mampu bekerja dengan
baik sesuai dengan yang Anda harapkan. Pemberian penghargaan tersebut ada
baiknya jika disaksikan oleh karyawan Anda yang lain, tujuannya untuk memicu
rasa kompetisi agar mereka dapat bekerja lebih baik lagi. Penelitian Terdahulu
Colomina pereira (2005) dengan judul “pengaruh pelatihan terhadap kinerja kerja
karyawan Study Kasus pada AQUA-MOS FRESCA “ diketahui bahwa diantara variabel
pelatiaha mempunyai pengaruh yang signifikan baik secara simultan atau secara
parsial terhadap kinerja kerja karyawan, variabel yang paling dominan adalah
kinerja kerja Karyawan (Y) hasil X = 29,84 dan Y = 2,069 Persamaan variabel pada
X2 dan Y, X pelatihan dan Y kinerja Kerja Karyawan. Perbedaan variabel tidak ada
karena peneliti pertama hanya menggunakan 2 (dua) variabel. Nyoman Sri Subawa
(2005) dengan judul analisis perbedaan prestasi kerja berdsarkan tingkat
pendidikan dan masa kerja. Di Losari Hotel dan rama garden hotel di kota
Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa dilosari hotel, prestasi kerja
karyawan di tinjau dari tingkat pendidikan adalah X = 0,197 sehingga H0 diterima
dan Ha di tolak. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan prestasi kerja di
tinjau dari tingkat pendidikan. Sedangkan prestasi kerja ditinjau dari masa
kerja adalah Y = 0,677 sehingga H0 diterima dan HA ditolak. Persamaan variabel
pada X1, X1 Tingkat Pendidikan. Perbedaan variabel Y Prestasi Kerja, variabel X2
tidak ada karena peneliti pertama hanya menggunakan 2 (dua) variabel.
Terejinha Lelan Belo (2005) dengan judul “pengaruh kepemimpinan dan disiplin
kerja terhadap kinerja kerja karyawan”pada Lita-Stor Dili Timor-Leste hasil
kepemimpinan (X1) dengan nilai thitung adalah 0,645 dan ttabel sebesar 1,546 dan
disiplin kerja (X2) Persamaan variabel pada (Y) kinerja Kerja pegawai. Perbedaan
variabel (X1) Kepemimpinan dan (X2) disiplin kerja. Kerangka Pemikiran Menurut
Teoritis Dari skema atau baga kerangka kepemikiran ini teori dalam suatu
penulisan ini adalah sebagai berikut : Haryanto (2003 : 349), memberikan batasan
model adalah presentase penyederhanaan dari hubungan variabel. Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Kerja pegawai. Keterangan :
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dihipotesiskan sebagai berikut :
Variable X1 (Tingkat pendidikan) Variabel X2 (Pelatihaan) Variabel Y (Kinerja
kerja karyawan) Hipotesis. Erwan Agus Purwanto (2007 : 127), hipotesis
penelitian adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masa lah yang diteliti
yang akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu bukti penelitian tersebut
diterimah atau tidak. Oleh karena itulah maka peneliti dituntut kemampuannya
untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Di duga bahwa : H1: Tingkat
pendidikan berpengaruh posetif terhadap kinerja kerja pegawai. H2: Pelatihan
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja kerja pegawai. H3: Tingkat
pendidikan dan Pelatihaan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap
kinerja kerja pegawai. BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Arikunto (1998;110) Penelitian yang digunakan yaitu penelitian survei karena
penelitian dilakukan pada populasi besar dan kecilnya tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang dipelajari dari populasi. Dengan
rancangan teknik Cross Sectional untuk mengambarkan hal - hal yang berkaitan
dengan keadaan serta menggali secara luas tentang hal yang mempengaruhi
terjadinya sesuatu. Populasi dan sampel Populasi Sugiyono (2001 : 80) menyatakan
populasi adalah totalitas dari semua obyek atau individu yang memeliki
karakteristik tertentu jelas dan lengkap yang akan diteliti. Obyek dan nilai
disebut unit analisis atau elemen populasi, yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah Kinerja kerja pegawai di (MCIA) yang berjumlah (600)
populasi. Sampel Sugiyono (2001 : 67) Dalam proses penentuan sampel penelitian
menggunakan teknik sampling kuota dalam statistik untuk penelitian yang
menyatakan bahwa sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Jadi mengingat keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
hanya mengambil 86 responden dalam penelitian. Maka peneliti mengunakan prosedor
pengambilan sampel dengan rumus . Definisi Operasional Variabel Sugiyono (2001
: 32) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dari obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel adalah suatu konsep yang
mempunyai variasi nilai dengan klasifikasi tertentu dan dapat pula diartikan
segala sesuatu yang akan dijadikan obyek pengamatan penelitian. No Variabel
Definisi variable Indikator Skala Dimnsi 1. Tingkat Pendidikan ( X1) tingkat
pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang di inginkan
oleh organisasi yang bersangkutan. (Notoadmodjo (2003 : 96) - Pengetahuan -
Kemampuan berpikir - Pemhaman - Pola sikap -Kepribadian interval 1-5 2.
Pelatihaan (X2) Pelatihan adalah bagian darisuatu proses pendidikan,
yang tujuannya untuk meninkatkan kemampuan atau keteranpilan seseorang atau
kelompok orang (Notoadmodjo 1992) - Materi - Fasilitas - Metode - Motivasi -
Kualitas Interval 1-5 3. Kinerja Kerja pegawai (Y) Mangkunegara(2001)
mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerjasecara kualitas
dan kuantitas yang dicapaioleh seseorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya karyawan. -
Kuantitas, - Prestasi - Kreatifitas -Kualitas hasil kerja -kemampuan Interval
1- 5 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Adapun jenis dan sumber data yang
digunakan dalam penulisan proposal ini antara lain sebagai berikut: Data
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan pihak-pihak yang berkepentingan berupa data lisan dengan penjelasan
mengenai pembahasan. Data kuantitatif Data kuantitatif Adalah data yang dapat
dihitung atau data yang berupa angka-angka meliputi dan jumalah terutama yang
releava dengan obyek dan ruang lingkup penelitian. Sumber Data Untuk menunjang
kelengkapan pembahasan dalam penulisan proposal ini, penulis memperoleh data
yang bersumber dari : Data Primer Data primer adalah merupakan data yang
diperoleh secara langsung dari perusahaan berupa hasil pengamatan setempat dan
perolehan dokumen perusahaan serta wawancara langsung pada pimpinan perusahaan
maupun pada pegawai yang bersangkutan. Data Sekunder Data sekunder adalah
merupakan data yang tidak langsung yang diperoleh dari dokumen-dokumen. Dalam
hal ini bersumber dari penelitian yang meliputi buku-buku bacaan yang berkaitan
dengan judul penelitian dan data data yang terkumpul bawah: Kantor Kementrian
Perdagangan, Perindustrian, dan Lingkungan Hidup, Dili Timor-Leste. Data tentang
pendidikan di kantor MCIA. Data tentang Pelatiahaan di kantor MCIA. Data tentang
kinerja kerja pegawai di kantor MCIA Teknik Pengumpulan Data Untuk penulisan
proposal ini, peneliti mengambil data dan informasi melalui penelitian dengan
metode yang digunakan adalah : Observasi (pengamatan) Observasi yaitu :
penelitian melakukan pengamatan secara langsung dilokasi penelitian guna
mengamati lebih dekat Tentang Tingkat Pendidikan dan Pelatihaan terhadap Kinerja
Kerja Pegawai. Kuesioner Kuesioner merupakan daftar pertanyaan kepada para
responden ataukaryawan yang kebetulan atau yang pernah menggunakan jasa
pelayanan di kantor Kementrian Perdagangan, Perindustrian, dan Lingkungan Hidup,
Dili Timor-Leste, dengan melaksanakan pengisihan dari kuesioner yang disediakan
oleh peneliti. Dokumentasi Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan
data-data primer melalui dokumen-dokumen yang masih relevan dengan obyek yang
menjadi penelitian. Teknik Interviw /Wawancara Wawancara (interview) merupakan
teknik pengumpulan dengan beberapa muka (face to face) secara langsung dengan
pegawai di kantor MCIA Uji Kualitas Data Teknik analisis menunjukkan pada cara
pengelolaan dan pembahasan yang telah diperoleh. Teknik analisis yang digunakan
untuk menjawab persoalan penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan alat
analisis, uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik. Uji Validitas Uji
validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut Gozali, (2001; 142). Uji validitas
dalam penelitian ini digunakan korelasi product moment dengan cara melakukan
korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor item dalam suatu konsep
variabel. Item pertanyaan dikatakan valid apabila diperoleh korelasi positif dan
lebih besar dari nilai r tabel product moment pada df = n –k., α = 5 %. Uji
Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adaah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
Gozali, (2001; 140). Uji reliabilitas digunakan koefisien Conbrach Alpah (α).
Apabila nilai α lebih besar dari 0,60 dapat ditafsirkan satu hasil pengukuran
relatif konsistem apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih dengan kata
lain instrumen tersebut dapat diandalkan Uji Asumsi klasik. Asumsi klasik ini
bertujuan untuk menguji apakah dalm model regresi, variabel terikat dan variabel
bebas memeliki distribusi normal atau tidak Santoso, (2001; 129), Model regresi
yang baik adalah yang memeliki distribusi normal atau mendekati normal.
Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika distribusi datanya
normal, maka garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya akan menyikuti
garis diagonalnya. Uji Normalitas Uji normalitas dipakai untuk mendeteksi
normalitas data, dengan menggunakan kurva persebaran data berupa kurva normal
dan kurva plot model regresi yang baik adalah baik distribusi data normal atau
mendeteksi. Uji Heteroskedastisitas Asumsi klasik berikutnya adalah tidak adanya
heteroskedastisitas. Adanya penyimpangan pada asumsi ini, berarti terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya dalam
model regresi Menurut Santoso, (2001:83), konsekuensi dari heteroskedastisitas
adalah bahwa penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam
sampel kecil maupun sampel besar. Untuk mendeteksi indikasi heteroskedastisitas
adalah melalui grafik Scatter Plot, dimana jika ada pola tertentu seperti titik
titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan adanya
heteroske dastisitas. Sedangkan, jika tidak ada pola yang jelas serta
titikyangtitiknya menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. Uji Multikolinieritas Asumsi pertama dalam uji
asumsi klasik adalah tidak adanya multikoliniritas diantara variabel bebas
Santoso, (2001; 37), Dalam model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Model regresi yang mengandung multikoliniritas
akan menyebabkan kesalahan standar estimasi yang cenderungakan meningkat sering
bertambah variabel independen. Aturan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan adalah : Jika nilai tolerance dan VIF mendekati angka 1, maka tidak
terjadi problem multikolinieritas Jika nilai tolerance dan VIF menjauhi
angka 1, maka terjadi problem multikolinieritas. Uji Autokorelasi Uji
autokorelasi merupakan antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan
waktu seperti data time series urutan tempat ruang data, atau korelasi yang
timbul pada dirinya sendiri. Berdasarkan konsep tersebut maka uji asumsi
autokorelasi sangat penting dilakukan tidak hanya pada data yang bersifat time
series saja, akan tetapi semua data (variable independent) yang diperoleh perlu
diuji terlebih dahulu autokorelasinya apabila akan dianalisis dengan regresi
liner berganda (Sudarmanto, 2005; 142). Ada tidaknya korelasi dideteksi dengan
menggunakan uji Durbin Watson (Umar, hlm.189). Ukuran yang digunakan
untuk menyatakan ada tidaknya autokorelasi yaitu apabila nilai statistik. Durbin Watson berada diantara 2 dan + 2, maka data tidak
memeliki autokorelasi (Sudarmanto, 2005; 42). Teknik Analisis Data Koefisien
Regresi Liner Berganda Teknik ini digunakan untuk mengetahui dan menentukan
besarnya perubahan variabel tergantung yang disebabkan oleh setiap perubahan
yang terjadi pada variabel bebas dengan rumus yang sebagai berikut: Y = a + b1
x1+b2 x2 + e Keterangan : Y = Variabel terikat/Kinerja kerja karyawan
a = Konstanta b1 = Koefisien regresi yang berhubungan dengan X1 b2 = Koefisien
regresi yang berhubungan dengan X2 x1 = Tingkat pendidikan x2 = Pelatihaan e =
Error Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan atau untuk
menguji signifikan estimasi variabel-variabel yang diangkat dalam penelitian
ini dilakukan dengan pengujian t test dan f test Uji signifikan parsial ( Uji T)
Uji T digunakan untuk mengetahui signifikan dari koefisien regresi yang
diperoleh. Nilai T- test yang diperoleh akan dibandingkan dengan Nilai T tabel
pada derajat kepercayaan ɑ = 0,025% ɑ = /0,025. jika T test ≥Ttabel, maka Ha
diterima dan Ho ditolak, demikian juga sebaliknya. Gambar : 01 Uji Signifikan
Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Kerja pegawai t hitung 1 Daerah Penolakan Ha
Daerah Penolakan Ha = 0,025 = 0,025 t= α t= α Apabila t hitung ≤ t tabel, maka
Ho diterima dan Ha ditolak
berarti tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Kerja pegawa
Apabila t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
maka ada pengaruh signifikan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Kerja
Pegawai. Untuk menentukan apakah Ho diterima atau ditolak ttest2 = b2 : Sb2
Gambar : 02 Uji Signifikan dari Pelatihaan terhadap kinerja kerja pegawai
t hitung 2 Daerah penolakan Ha = 0, 025 -t= α 0 t= α
Apabila thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
tidak ada pengaruh dan Signifikan Pelatihaan terhadap Kinerja Kerja Pegawai.
Apabila t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima maka
ada pengaruh Signifikan Pelatihaan terhadap Kinerja Kerja Pegawai. B. Pengujian
secara simultan (Uji F) Uji F atau uji simultan/ pengujian secara mengeluruh
dengan tujuan untuk mengetahui kemaknaan (signifikan) koefisien secara
simultan, dengan maksud untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas
memberikan pengaruh pada variable terikat. Uji Signifikan atau uji simultan (Uji
f) Pada dasar ststistik –F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel
terikat. Uji statistik- F dengan nilai Ftest .jika nilai statistik-F ≥ nilai
Ftabel maka Ha diterima, demikian juga sebaliknya. Gambar : 03 F hitung (Uji
variabel X1, X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y) Distribusi F/ Uji
Secara Simultan Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model tertentu dalam menerangkan
variable-variabel terikat, dengan persyaratan nilai koefisien determinasi ada
diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan satu variabel
indenpenden dalam menjelaskan satu variabel dependen amat terbatas. Koefisien
determinasi yang digunakan dalam penelitian yaitu adjusted R square. Hipotesis
Statistik Ho : β1≥0, Artinya perubah variabel Tingkat Pendidikan (X1) tidak
mempunyai pengaruh negatif terhadap Kinerja Kerja pegawai(Y).
Ha: β1 ≤ 0, Artinya perubah variabel Tingkat Pendidikan (X1) mempuyai
pengaruh negatf terhadap Kinerja Kerja Pegawai. Ho: β2 = 0, Artinya
perubah Pelatihaan (X2) tidak mempunyi pengaruh positif terhadap Kinerja Kerja
pegawai (Y). Ha: β2 ≥0, Artinya perubah Pelatihaan (X2) mempunyai pengaruh
positif terhadap Kinerja Kerja Pegawai.
Ho: β1, β2 = 0, Artinya perubah Tingkat Pendidikan dan
Pelatihaan secara bersama sama (X1, X2) tidak mempunyai pengaruh terhadap
Kinerja Kerja pegawai. Ha: β1, β2 ≠ 0 , Artinya perubah Tingkat Pendidikan dan
pelatihaan (X1,X2=) mempunya pengaruh terhadap Kinerja Kerja Pegawai
Komentar
Posting Komentar